Pada kesempatan ini saya tidak akan memaparkan kondisi terkini
covid-19 di Indonesia, juga tidak akan menampilan prediksi ekonomi Indonesia
yang akan terus memburuk pada masa pandemi covid-19. Hal ini saya lakukan bahwa
informasi tersebut, jika kita ikuti secara terus menerus akan turut menurunkan
daya optimisme saya menghadapi kondisi yang memang sudah tak terkendali. Maka
saat ini saya fokus membangun optimisme hidup, selalu menebarkan energi positif
serta berharap kondisi yang serba sulit ini segera membaik. Untuk bangsa
Indonesia, untuk rakyat Indonesia, untuk masa depan yang gemilang.
Pandemi Covid-19 ini memberikan banyak perubahan dalam tatanan sosial maupun
ekonomi Indonesia bahkan dunia. Perubahan demi perubahan telah membentuk pola
baru, kenormalan baru yang disepakati banyak pihak. Setiap orang dilarang
berkerumun dan berkumpul (social distancing) mengakibatkan kebijakan
baru bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan beribadah dari rumah.
Artinya dahulu normalnya orang lebih sering bekerja di luar rumah, kini
kebijakan work from home (bekerja dari rumah) menjadi kenormalan baru,
demikian dengan sekolah dan beribadah.
Kebijakan social distancing ini tentu sangat berpengaruh terhadap bisnis
disekitar tempat kerja, sekolah dan rumah ibadah. Biasanya ketiga area inilah
yang juga menjadi salah satu jantung perekonomian dan tempat mengais rezeki.
Selain bisnis disekitar ketiga tempat tersebut, kini telah banyak yang gulung
tikar alias tidak dapat beroperasi sama sekali. Tidak hanya menghantam Bisnis
UMKM tapi persoalan ini juga menghantam bisnis skala besar misalnya bisnis
hotel dan penginapan, bisnis pariwisata, bisnis tenda pesta, bisnis rias
pengantin, bisnis salon kecantikan dan masih banyak bisnis lain yang terdampat
adanya kebijakan social distancing.
Menyoal bisnis dimasa pandemi, dulu keberlanjutan bisnis ditandai dengan lokasi
yag strategis, kini bisnis dapat dilakukan dari mana saja termasuk dari rumah.
ini juga kenormalan baru (new normal). Kenormalan baru (new normal)
ini sesungguhnya menuntut setiap orang untuk menemukan cara baru,
menghadapi kendala dan tantangan baru, namun juga sekaligus
menemukan peluang baru. agar apa yang dilakukan menjadi lebih efektif
dan efesien. Cara baru, itu merubah paradigma dan cara kerja
-wabil khusus bisnis- dari offline menjadi online. Peluang
baru, bahwa kita sedang memasuki ruang baru yang masih sangat cair, semua
pembisnis berpeluang mendapat konsumen yangtak terbatas oleh ruang dan waktu. Tantangan
baru, bahwa kondisi sekarang ini menciptakan keterbatasan bertemu dengan
konsumen, kesulitan dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. inilah
yang kemudian saya sebut sebagai pola pikir entreprneurship. Saya kira
ini kata kunci (keyword)dalam pembahasan kali ini.
Salah satu pola pikir entreprneurship adalah kemampuan menemukan peluang,
kemampuan mengubah tantangan, rintangan dan musiban
menjadi peluang bisnis. Pada masa pandemi ini kemampuan itu sedang
diuji. Bagi mereka yang pola pikir tsb -yang telah saya sampaikan di atas-
telah mapan maka segala kondisi tidak akan mampu mematikan kreatifitas dan
inovasinya. Tetapi sebaliknya bagi mereka yang bisnisnya dilakukan karena
keterpaksaan ekonomi, maka kondisi new normal saat pandemi ini
menjadi masalah besar.
Dari paparan diatas, dapat saya simpulkan bahwa pada masa serba online ini,
salah satu faktor penentu keberlanjutan bisnis adalah jaringan bisnis,
seberapa banyak pembisnis miliki teman, sahabat, saudara
dan kerabat yang dapat diubah statusnya menjadi pasar atau konsumen.
Maka pertanyaan menarik saya -kalau anda mau jadi pembisnis kekinian- berapa
follower ig-mu, berapa teman fb-mu, berapa subcriber chanel
youtubemu? yang akan setia menanti postingan medsos anda dan menjadi
konsumen setia/fanatik anda. ini sebagai kalimat pembuka saja untuk
masuk pada pembahasan selanjutnya.
Selanjutnya secara praktis, dalam menghadapi kondisi ini, setidaknya ada 5
sektor peluang usaha yang cukup prospektif, yakni sektor
kesehatan, sektor pangan, sektor Informasi teknologi (IT),
sektor ritel dan pengolahan bahan pangan, sektor jasa lainnya. Pertama, sektor
kesehatan, artinya bisnis yang berkaitan langsung dengan pemeliharaan
kesehatan, misalnya produksi cairan disinfektan dan sabun cair, penyedia
obat-obatan dan jamu, penyedia masker dan sarung tangan, penyedia alat
pelindung diri,penyedia madu. Kedua, sektor
pangan. Pangan menjadi sektor sentral, karena menjadi penentu ketersediaan
kebutuhan masyarakat, baik bahan pokok –beras, jagung, singkong, ubi, gandum
dll-, sayur-sayuran dan buah-buahan, produksi madu, kurma. Ketiga, sektor
Informasi dan Tekologi (IT). Sektor ini memberikan peluang besar bagi para
praktisi IT, untuk menyediakan perlengkapan dan tools untuk menunjang
pembelajaran online, meeting dan
conference online, jual beli online, pasar online. Selain itu juga dapat
menyediakan jasa cloud
hosting, juga yang tak kalah jasa pembuatan web dan design online dan masih
banyak lainnya. Keempat,
sektor ritel
dan pengolahan bahan pangan. sektor ini adalah sektor penghubung/lanjutan
dri sektor pangan. Jual beli makanan beku mungkin cukup menarik, bisnis
pengemasan masakan, pengolahan cake dan kue, dan lain-lain. Kelima,
sektor jasa lainnya, misalnya jasa antar jemput barang, antar jemput
belanjaan,dan lain-lain.
Demikian
bahan pemantik diskusi pada malam ini, monggo dikritisi atau dibantah sebagai
bagian dari pengembangan ilmu pengetahuan. Terimakasih.