Jumat, 15 Mei 2020

Bahan Diskusi; Peluang dan Tantangan Bisnis ditengah Pandemi Covid-19

       Pada kesempatan ini saya tidak akan memaparkan kondisi terkini covid-19 di Indonesia, juga tidak akan menampilan prediksi ekonomi Indonesia yang akan terus memburuk pada masa pandemi covid-19. Hal ini saya lakukan bahwa informasi tersebut, jika kita ikuti secara terus menerus akan turut menurunkan daya optimisme saya menghadapi kondisi yang memang sudah tak terkendali. Maka saat ini saya fokus membangun optimisme hidup, selalu menebarkan energi positif serta berharap kondisi yang serba sulit ini segera membaik. Untuk bangsa Indonesia, untuk rakyat Indonesia, untuk masa depan yang gemilang.      
       Pandemi Covid-19 ini memberikan banyak perubahan dalam tatanan sosial maupun ekonomi Indonesia bahkan dunia. Perubahan demi perubahan telah membentuk pola baru, kenormalan baru yang disepakati banyak pihak. Setiap orang dilarang berkerumun dan berkumpul (social distancing) mengakibatkan kebijakan baru bekerja  dari rumah, belajar dari rumah dan beribadah dari rumah. Artinya dahulu normalnya orang lebih sering bekerja di luar rumah, kini kebijakan work from home (bekerja dari rumah) menjadi kenormalan baru, demikian dengan sekolah dan beribadah.
       Kebijakan social distancing ini tentu sangat berpengaruh terhadap bisnis disekitar tempat kerja, sekolah dan rumah ibadah. Biasanya ketiga area inilah yang juga menjadi salah satu jantung perekonomian dan tempat mengais rezeki. Selain bisnis disekitar ketiga tempat tersebut, kini telah banyak yang gulung tikar alias tidak dapat beroperasi sama sekali. Tidak hanya menghantam Bisnis UMKM tapi persoalan ini juga menghantam bisnis skala besar misalnya bisnis hotel dan penginapan, bisnis pariwisata, bisnis tenda pesta, bisnis rias pengantin, bisnis salon kecantikan dan masih banyak bisnis lain yang terdampat adanya kebijakan social distancing.
       Menyoal bisnis dimasa pandemi, dulu keberlanjutan bisnis ditandai dengan lokasi yag strategis, kini bisnis dapat dilakukan dari mana saja termasuk dari rumah. ini juga kenormalan baru (new normal). Kenormalan baru (new normal) ini sesungguhnya menuntut setiap orang untuk menemukan cara baru, menghadapi kendala dan tantangan baru, namun juga sekaligus menemukan peluang baru. agar apa yang dilakukan menjadi lebih efektif dan efesien. Cara baru, itu merubah paradigma dan cara kerja -wabil khusus bisnis- dari offline menjadi online. Peluang baru, bahwa kita sedang memasuki ruang baru yang masih sangat cair, semua pembisnis berpeluang mendapat konsumen yangtak terbatas oleh ruang dan waktu. Tantangan baru, bahwa kondisi sekarang ini menciptakan keterbatasan bertemu dengan konsumen, kesulitan dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. inilah yang kemudian saya sebut sebagai pola pikir entreprneurship. Saya kira ini kata kunci (keyword)dalam pembahasan kali ini.
       Salah satu pola pikir entreprneurship adalah kemampuan menemukan peluang, kemampuan mengubah tantangan, rintangan dan musiban menjadi peluang bisnis. Pada masa pandemi ini kemampuan itu sedang diuji. Bagi mereka yang pola pikir tsb -yang telah saya sampaikan di atas- telah mapan maka segala kondisi tidak akan mampu mematikan kreatifitas dan inovasinya. Tetapi sebaliknya bagi mereka yang bisnisnya dilakukan karena keterpaksaan ekonomi, maka kondisi new normal saat pandemi ini menjadi  masalah besar.
      Dari paparan diatas, dapat saya simpulkan bahwa pada masa serba online ini, salah satu faktor penentu keberlanjutan bisnis adalah jaringan bisnis, seberapa banyak pembisnis miliki teman, sahabat, saudara dan kerabat yang dapat diubah statusnya menjadi pasar atau konsumen. Maka pertanyaan menarik saya -kalau anda mau jadi pembisnis kekinian- berapa follower ig-mu, berapa teman fb-mu, berapa subcriber chanel youtubemu? yang akan setia menanti postingan medsos anda dan menjadi konsumen setia/fanatik anda. ini sebagai kalimat pembuka saja untuk masuk pada pembahasan selanjutnya.
      Selanjutnya secara praktis, dalam menghadapi kondisi ini, setidaknya ada 5 sektor peluang usaha yang cukup prospektif, yakni sektor kesehatan, sektor pangan, sektor Informasi teknologi (IT), sektor ritel dan pengolahan bahan pangan, sektor jasa lainnya. Pertama, sektor kesehatan, artinya bisnis yang berkaitan langsung dengan pemeliharaan kesehatan, misalnya produksi cairan disinfektan dan sabun cair, penyedia obat-obatan dan jamu, penyedia masker dan sarung tangan, penyedia alat pelindung diri,penyedia madu. Kedua, sektor pangan. Pangan menjadi sektor sentral, karena menjadi penentu ketersediaan kebutuhan masyarakat, baik bahan pokok –beras, jagung, singkong, ubi, gandum dll-, sayur-sayuran dan buah-buahan, produksi madu, kurma. Ketiga, sektor Informasi dan Tekologi (IT). Sektor ini memberikan peluang besar bagi para praktisi IT, untuk menyediakan perlengkapan dan tools untuk menunjang pembelajaran online, meeting dan conference online, jual beli online, pasar online. Selain itu juga dapat menyediakan jasa cloud hosting, juga yang tak kalah jasa pembuatan web dan design online dan masih banyak lainnya. Keempat, sektor ritel dan pengolahan bahan pangan. sektor ini adalah sektor penghubung/lanjutan dri sektor pangan. Jual beli makanan beku mungkin cukup menarik, bisnis pengemasan masakan, pengolahan cake dan kue, dan lain-lain. Kelima, sektor jasa lainnya, misalnya jasa antar jemput barang, antar jemput belanjaan,dan lain-lain.
Demikian bahan pemantik diskusi pada malam ini, monggo dikritisi atau dibantah sebagai bagian dari pengembangan ilmu pengetahuan. Terimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar