Jumat, 01 Mei 2020

Sinau online vol.1 ala Komplek: strategi BMT ditengah pandemi covid-19


       Ditengah segala ketidakpastian baik kesehatan, sosial juga ekonomi, Komplek sebuah komunitas sinau bersama turut berkontribusi dengan menggelar diskusi online via zoom dengan tajuk strategi BMT ditengah Pandemi Covid-19 dan menghadirkan sahabat Fuad Ashari, praktisi dari BMT Arsyada Metro pada 1 Mei 2020. Diskusi menggunakan aplikasi zoom merupakan pengalaman yang berbeda dari biasanya. mungkin saja tidak kan dialami jikalau tidak ada pendemi diantara kita. selain itu menggunakan aplikasi ini juga memiliki tantangan yang juga baru, kita sebagai penyelenggaranharus membuat jadwal pelaksanaan dan membagikan linknya kepada peserta. tidak sampai disitu persoalan lain muncul yakni persoalan sinyal yang kurang bersahabat, sehingga peserta cenderung bolak balik untuk masuk meeting, atau suara yang tak terdengar peserta lain. Apalagi dengan kuota terbatas menjadikan aplikasi ini memberikan sensasi tersendiri. lupakan tentang aplikasi zoom, kita kembali kepada diskusi online.
      Pukul 19.50 WIB saya yang juga sebagai host mencoba memulai meeting. beberapa tombol saya coba untuk memastikan fungsi dari tombol-tombol tersebut. lambat laun saya mulai memahaminya. tak lama satu persatu peserta yang masuk, kemudian saya admit pertanda bahwa peserta diperkenankan mengikuti diskusi. ada juga tombol remove yangmenjadi pertanda peserta tertentu tidak diperkenaankan mengikuti diskusi. pada proses ini, saya baru tahu bahwa menjadi host cukup merepotkan juga. Bayangkan kalau pesertanya ada 100 orang berarti saya harus 100 kali admit. belum lagi kalau  satu peserta bolak balik masuk karena gangguan sinyal.
     Kemudian satu per satu peserta hadir dan sudah mulai ramai. Kemudian saya mengecek peserta siapa-siapa saja yang telah hadir, dari hasil pemantauan moderator sudah hadir dan kami sudah saling menyapa. waktu telah menunjukkan pukul 20.10, saya sedikit panik adalah ternyata narasumber belum masuk. Setelah beberapa kali dihubungi baru kemudian yang bersangkutan masuk. 
    Diskusipun dimulai dengan kata pengantar dari diana ambarwati yang ecaknya sebagai founder Komplek yaitu saya sendiri. dalam sambutan saya menyampaikan bahwa diskusi ini adalah sinau online perdana yang dilaksanakan pada ramadhan ini, dan akan berlanjut dengan diskusi-diskusi lanjutan dengan tema yang beragam. tak lupa disampaikan juga tujuan dari dilaksanakannya diskusi ini yakni adanya desakan pemikiran dari beberapa pihak baik praktisi ekonomi  dan juga akademisi yag menuntut peran sosial dari Lembaga Keuanagan Syariah dalam menghadapi pandemik ini. Kemudian muncul pertanyaan apakah kondisi dilapangan memungkinkan BMT sebagai lembaga keuangan yang mandiri, tanpa payung, tanpa lembaga penyokong dana dapat melaksanakan fungsi ini.untuk itulah untuk beberapa sesi ke depan Komplek akan menghadirkan narasumber  dari Lembaga Keuangan Syariah yang ada di Lampung. dan ternyata apa yang saya sampaikan itu tidak dapat didengar oleh peserta, karena suara saya sangat kecil, mungkin karena saya tidak menggunakan headset. maka besuk saya akan membelinya agar suara merdu saya dapat terdengar peserta.
     Setelah itu diskusipun dimualai, dipandu dosen muda progresif, (yang mudah-mudahan segera menjadi dosen PNS di UIN Raden Fatah Palembang) Mutmainah Juniawati diskusi ini menjadi begitu menarik. Seteah memberikan sedikit ulasan tentang arah diskusi, mbak mut (biasa kami sapa) memprsilahkan man fuad sebagai narasumber untuk memberikan wacana dan gambaran singkat sebagai pemantik diskusi. Mas Fuad mengawali paparan singkat dengan menceritakan kondisi BMT (baitul maal wattamwi) atau koperasi syariah terkini. Bagaimana BMT yang sejak beberapa tahun lalu diterjang isu tentang ketidakpercayaan nasabah karena banyaknya BMT yang gulung tikar dan menelantarkan nasabahnya. Dengan tertatih-tatih dan dengan mengeluarkan banyak jurus jitu untuk mengembalikan kepercayaan (trust) masyarakat, BMT arsyada yang digawangi mas fuad ini belum juga berhasil memperbaiki citranya. Kini sudah diterjang permasalahan baru yang jauh lebih berat lagi, yakni Covid-19. Tak ayal BMT harus membuat skema dan strategi baru untuk mampu bertahan ditengah Pandemi. Menghadapi permohonan keringanan angsuran nasabah menjadi tanatangan baru, karena disatu sisi BMT sedang membangun ekonominya untuk kembali berdiri kuat, tapi disisi lain bmt juga dihadapkan pada kenyataan bahwa banyak nasabah yang terdampak covid ini. Langkah yang diambil oleh BMT arsyada ini kemudian mencoba menganalisis kemungknan kemampuan membayar nasabah. Jika dari hasil penelitian dinyatakan nasabah memang tidak memiliki kemapuan untuk membayar, maka BMT memberikan keringanan pembayaran atau bahkan menunda pembayaran angsuran nasabah. Namun jika dari hasil penelitian pihak BMT nasabah masih memiliki kemampuan membayar, maka dengan memohon kepada nasabah agar tetap membayar angsurannya. atau juga jika nasabah ingin mengambil dana yang telah disimpan di BMT, maka BMT memcoba memberikan jadwal penarikan dana nasabah. hal ini untuk mengantisipasi resiko likuid keuangan BMT.
       Paparan dari narasumber telah disampaikan. Sinau online yang diikuti oleh dosen, mahasiswa dan para meminat kajian ekonomi syariah, dilanjutkan dengan sesi pertanyaan. dalam sesi ini moderator memberikan informasi bagi yang akan bertanya dapat bertanya langsung atau menuliskan pertanyaannya pada kolom chat grup. Antusiasme peserta sangat dapat dirasakan dari banyaknya pertanyaan yang muncul baik secara langsung maupun via chat grup. Pertanyaan-pertanyaan tersebut meliputi strategi menghadapi permohonan keringanan angsuran, pengelolaan manajemen resiko, pengelolaan CSR, zakat dan infaq untuk yang terpapar covid, dan juga strategi yang mungkin dilakukan jika pandemiini tidak segera berakhir. 
     Mas Fuad selanjutnya menjawab pertanyaan demi pertanyaan sambil sesekali mengungkap fakta yang mungkin luput dari perhatian para akademisi dan pengamat. Yakni Puskopsyah (Pusat Koperasi Syariah) Lampung yang notabene sebagai induk dari koperasi syariah tidak lagi beroperasi, demikian Inkopsyah (induk Koperasi Syariah). Kondisi ini membuat miris, BMT yang menjadi salah satu pilar ekonomi syariah harus berdiri sendiri tanpa pengawasan, pendampingan dan mitra untuk berkembang. ditambah lagi menuru mas Fuad sejaak akhir 2017 BMT sudaah tidak dapat lagi mengakses pembiayaan untuk menambah modal kerja kepada bank umum syariah maupun bank umum konvensional. Pembiayaan hanya dapat dilakukan di BPRS itupun tidak banyak BPRS yang memberikan pembiayaan tersebut. 
    Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 artinya diskusi ini sudah berjalan kurang lebih 2 jam. Pada akhir diskusi ini moderator memberikan waktu kembali kepada mas fuad untuk memberikan closing statement dan dilanjutkan dengan simpulan dari moderator. Tentu diskusi ini masih meninggalkan banyak kegelisahan dan pemikiran yang mungkin saja masih mengganggu pemikiran kita. tapi kegelisahan dan ketidakpuaskan ini akan terus kita upayakan untuk dipuaskan pada diskusi-diskusi selanjutnya. Jikapun takterpuaskan artinya nalar ingin tahu kita sudah berangsur membaik. Saya kira nalar ingin tahu itulah yang membawa kita kepada proses belajar selanjunya dengan lebih banyak membaca, dan berdiskusi. Terimakasih untuk semua kontribusinya pada pelaksanaan diskusi ini dan bravo untuk kita semua. Jangan puas dengan pengetahuan yang ada sekarang, teruslah belajar, sampai kita tak diberi waktu lagi untuk belajar oleh saang maha kuasa. "Mumpung masih ada waktu"  mengutip lagi Ebit G Ade. (D")

Tidak ada komentar:

Posting Komentar